Selasa, 14 April 2009

Ngaji dengan handphone

My Sony Ericsson

Handphone paling bagus yang penulis miliki sekarang adalah Sony Ericsson K310i. Penulis sangat sayang pada handphone tersebut, karena ia satu-satunya handphone yang penulis miliki. Sebelumnya, atas kebaikan Gus Syif, penulis menggunakan Nokia 1100 yang sempat dibawa pergi haji oleh pemiliknya, Gus Syif.

Belakangan, penulis merasa perlu banyak memasukkan nomor teman ke dalam memori handphone. Karenanya, penulis merasa perlu berganti perangkat handphone. Memori Nokia 1100 hanya mampu memuat 50 nomer. Lagi-lagi, atas kebaikan Gus Syif, Nokia 1100 yang merupakan kenang-kenangan bagi beliau harus penulis kembalikan dan penulis dibantu untuk dapat memiliki Sony Ericsson K310i, yang memiliki kapasitas simpan 1000 nomer kontak.

Suka usil, kadang juga jahil dan iseng merupakan salah satu sifat penulis disamping kadang juga muncul suka ingin tahu. Berhari-hari menikmati ( dan utek, suka otak-atik ) Sony Ericsson K310i yang lumayan lebih baik dari Nokia 1100 pikiran penulis terbawa ke dalam satu fakta, dimensi ukuran Sony Ericsson K310i dan Nokia 1100 dapatlah dikatakan tidak berbeda. Tetapi kapasitas penyimpanan nomor kontak pada Sony Ericsson K310i duapuluh kali lebih besar dari Nokia 1100. Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa? pertanyaan tentang hal tersebut tak bisa penulis miliki. Penulis tak punya keahlian teknis memadai untuk itu, juga kesempatan lebih luas untuk mempelajari hal-hal teknis tadi. Tetapi penulis malah tertarik hal lain. Wak Modin sering menerangkan bahwa orang-orang yang telah meninggal ada yang dilapangkan kuburnya, atau yang disempitkan.

Saat penulis kanak-kanak, bahkan juga ketika telah punya anak, penjelasan Wak Modin diatas sering menjadi sesuatu yang mengusik di dalam hati. Siapapun yang meninggal, ia akan dikuburkan dalam liang yang ukurannya bisa dikata tidak berbeda. Tetapi tetap saja Wak Modin menjelaskan tentang orang yang diluaskan atau disempitkan kuburnya.

Tentangluasnyakapasitas penyimpanan nomer kontak masing-masing handphone penulis tidak mampu menjelaskannya secara teknis sebagaimana juga penulis tidak punya kemampuan menjelaskan luas dan sempitnya kubur orang yang meninggal. Tetapi penulis menemukan fakta perbedaan luasruang penyimpanandari dua barang yang dimensi fisiknya sama. Handphne Nokia 1100 dan Sony Ericsson K310i.

Tidak perlu pula ngelantur, penulis harus meyakini perbedaanluas” memory masing-masing handphone dimaksud karena demikianlah faktanya. Penulis juga harus yakin dengan sesungguhnya bahwa orang-orang yang meninggal ada yang diluaskan atau disempitkan kuburnya Allah selalu mampu mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Kedua hal harus penulis yakini tanpa perlu tambahan penjelasan teknis yang njelimet, Tanpa perlu njlimet bertanya karena penulis juga mendapati fakta bahwa tidak pernah ada satupun orang yang mampu menjelaskan secara rinci tentang segala apapun, bahkan yang tampak oleh indera penglihatannya. Fakta yang penulis dapat mempertanggung jawabkan kevalidannya.

Alhamdulillah, kemajuan teknologi mampu mendekatkan logika dengan hal-hal sam’iyat yang kadang diperdebatkan oleh mereka yang menuhankan egonya.

Akhirnya, penulis ingin menutup tulisan ini dengan pengharapan :

· Semoga penerimaan penulis atas penjelasan Wak Modin di atas mampu menjadi mata rantai yang tersambung kepada para Ulama’, para sahabat dan Nabi Agung Muhammad SAW.

· Kelak, ketika kontrak hidup penulis telah berakhir, mudah-mudahan penulis termasuk golongan orang yang mendapatkan kelapangan alam kubur.

· Mudah-mudahan kedua orang tua penulis, juga para guru dan orang-orang yang berjasa dalam mendewasakan penulis diberikan terang dan jalan yang lapang di alam kuburnya. Amiin.

Ngaji dengan handphone

My Sony Ericsson 2

( Lanjutan )

Utek, suka utak atik, dengan fitur-fitur Sony Ericsson K310i yang lumayan banyak, penulis lakukan hampir tiap saat. Sekadar melihat/mendengar nada dering polyphonic, mencoba-coba kamera yang cuma berbasis kerja VGA ( gak tahu juga, apa itu VGA ) sampai membuka-buka internet.

Dari buka-buka internet ini kemudian penulis mengenal cara membuat situs melalui fasilitas blogspot. Dan mumpung ingat, terimakasih kepada Cak Fatih yang punya situs www.fatihsyuhud.com. Uraian Cak Fatih alhamdulillah bisa penulis pahami dan terapkan dalam membuat blog dengan URL http://gus-syif.blogspot.com/ juga http://nurulhuda-besuk.blogspot.com/. Dari bermain internet pula penulis kenal dengan www.blogger.com atau www.google.com juga www.gmail.com dan lain sebagainya.

Seneng juga internetan. Melihat-lihat bermacam informasi didalamnya. Sampai kemudian tiba-tiba pikiran tersadarkan oleh sebuah kenyataan, banyak benar informasi yang bisa didapat dari sebuah Sony Ericsson K310i manakala ia tersambung dengan Google. Jutaan Megabyt, bahkan jauh lebih besar lagi data dapat diperoleh melalui perangkat yang kapasitas memorinya sangat-sangat terbatas.Sony Ericsson K310i hanya memiliki kapasitas free memori internal berkisar 10 Megabyt.

Akan kenyataan ini penulis ingin menyambungkan dengan keteranganWak Ustadzdalam pengajian-pengajian di musholla tentang Imam Ghozaly yang sangat dikagumi. Kapasitas otak yang beliau miliki sangat besar. Bukan hanya Imam Ghozaly, tetapi paraUlama salaf rata-rata memiliki kapasitas yang amat besar dalam hal ilmu. Kapasitas yang jauh sangat tinggi dan ( menurut Wak Ustadz ) melampaui batas manusiawi.

Dalam kesempatan lain pula Wak Ustadz menyampaikan sebuah hadits riwayat Imam Bukhory dari Abu Hurairah RA. Rasululloh bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’aalaa berkata, barangsiapa yang menyakiti wali-Ku maka sesungguhnya Aku mengumandangkan perang atasnya. Dan tidak berupaya mendekat seorang hamba kepada-Ku dengan apa yang Aku suka dari kewajiban-kewajiban yang Aku bebankan padanya. Dan tidak akan berhenti hamba-Ku mendekati-Ku dengan hal-hal nawafil sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya maka jadilah Aku telinga yang ia mendengar dengannya, mata yang ia melihat dengannya, tangan yang ia memukul dengan itu dan kaki yang ia gunakan berjalan Jika ia meminta niscaya Aku memberinya, dan jika ia memohon pertolongan niscaya aku menolongnya”.

Fakta yang kita temui, perangkat selular tertentu bisa disambungkan dengan mega server semacam google. Kita juga dapat menyatakan, berdasarkan keterangan Hadits Qudsy di atas, manusia yang telah telah demikian dekat dengan Allah diberi fasilitas yang amat sangat besar oleh-Nya.

Saat ponsel connect dengan internet ia dapat mengakses data yang tak terbatas besarnya. Demikian pula hamba yang connect dengan Al Khaliq, ia bisa saja mendapat pengetahuan dan kebaikan lainnya yang tidak terbatas dengan fadlol-Nya.

Tentang connect, mungkin hal tersebut relevan dengan penjabaran Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy atas diri Rasululloh: Pendengaran beliau menagkap derit pena ( di lauhul makhfudz ), penglihatannya menembus langit ke tujuh”. Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Akan halnya salafus sholih, pendekatan beliau-beliau terhadap Al Khaliq sangatlah istimewa. Dalam kesempatan berwudlu tidak kurang dari 26 poin do’a dipanjatkan. Demikian juga sesudah berwudlu. saat selesai adzan pula. Bahkan saat menunggu dilaksanakannya shalat berjamaah, munajat selalu beliau jalankan dengan kalimat-kalimat yang kita kenal sebagai pujian. Rangkaian tadi masih ditambah lagi dengan wirid dan istighotsah

Sebelum jama’ah shubuh pada umumnya beliau-beliau melantunkan pujian yang artinya: “Tiada tuhan selain Engkau hai Dzat yang Mahahidup dan terus-menerus mengurus makhluq-Nya. Wahai Dzat Yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, matikan aku dalam keadaan Islam. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku selalu berada dalam kedzaliman.” Jikalau para salafus sholih melantunkan kalimah ini, penulis yakin bahwa hal tersebut adalah satu upaya yang sungguh-sungguh dalam mengetuk pintu kemurahan-Nya, dan bukan sekadar meramaikan suasana atau yang lebih rendah lagi.

Munajat? Poin-poin do’a dan kalimat yang dilafalkan para salafus sholih difahami maknanya, disadari tujuannya serta dimunculkan dengan penghormatan dan pengharapan yang tinggi. Memohon kepada Dzat Yang Maha Pemberi, mengadu kepada Dzat Maha Penolong dan merendah di hadapan Dzat Yang Maha Agung. Maka kemudian para salafus sholih pantas mendapatkan posisi connect secara terus menerus dengan Tuhan semesta alam. Dan bukanlah hal yang berlebih jika kita memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada beliau-beliau.

Bukan hanya kepada salafus sholih. Penulis juga memiliki penghargaan yang tinggi kepada mereka yang begitu dekat dengan salafus sholih. Bukan kedekatan fisik, tetapi kedekatan spiritual. Kedekatan yang menumbuhkan semangat al muhaafadhohalal qodiimis shoolih.

Tentang prinsip almuhaafadzoh kalimat lengkapnya memang berbunyi almuhaafadzohalal qodiimis sholih wal ahdzu biljadiidil ashlah. Menjaga kesalehan para pendahulu, menjaga hal-hal lama yang ( telah terbukti ) kemaslahatannya dan mengambil hal-hal baru yang lebih maslahat.

Penulis lebih sering hanya mengambil bagian depan karena ia merupakan hal yang paling awal dilakukan. Kesalehan dari apa yang telah dijalani para pendahulu telah memenuhi standar baku mutu dan sertifikasi. Perilaku beliau-beliau merupakan cerminan dari Al Qur’an dan As Sunnah. Pengetahuan beliau-beliau diperoleh dengan bimbingan ilahiyah. Menjaga kesalehan para pendahulu haruslah dikerjakan lebih awal untuk menjadi pondasi/dasar bagi langkah menapaki kemajuan.

Sedang al akhdzu biljadidil ashlah penulis pandang sebagai jalanan terjal nan licin. Banyak bahaya dan jebakan menghadang di sini. Tanpa bekal teguh memegang kesalehan para sesepuh langkah mengambil hal baru yang, dianggap, lebih maslahat seringkali berakhir pada munculnya mudlarrat. Yang paling umum mudlarrat dimaksud adalah rendahnya mutu akhlaq dan keberpalingan dari para ulama. Dua hal, rendahnya akhlaq dan berpaling dari ulama, merupakan pertanda besar akan datangnya kehancuran.

Pembahasan ini tidak boleh ngelantur. Maka penulis ingin segera mengakhirinya dengan menyimpulkan beberapa hal.

· Salafus sholih adalah pribadi-pribadi pilihan. Allah yang memilih beliau-beliau untuk menjadi kekasih bagi-Nya. Dipilih karena kecantikan / ketampanan ( keindahan ) yang memancar dari dalam hati beliau-beliau.

· Ulamasalaf adalah panutan. Kompetensi salafus sholih tentang keislaman melebihi ulama kholaf. Apalagi yang bukan ulama’. Apalagi ……………… ( silahkan diteruskan )

· Memposisikan salafus sholih sebagai panutan tentulah harus diikuti langkah riil membakukan perilaku beliau-beliau sebagai standar kompetensi, standar baku membangun moral kesantrian. Langkah ini sekaligus berarti sebagai langkah pelestarian.

Sebagai penutup, kita semua adalah khalifah yang dibebani amanah. Kelak pada saatnya kita akan dimintai pertanggung jawaban. Jika kita percaya akses dan koneksi bermanfaat dalam memudahkan suatu urusan, lalu kepada siapakah akses dan koneksi kita bangun sekarang ini untuk memudahkan urusan kita kelak di hadapan-Nya.

Shalawat yang dibaca setiap tahlil sesungguhnya mengadung peringatan bahwa manusia ada yang masuk golongan mereka yang dzakir (mau mengingat) dan ada pula golongan yang ghofil (hatinya terlena). Dimanakah kita? Allaahummakhsyurnaa ghodan fii zumrotil ashfiyaa’. Amiin.

Minggu, 12 April 2009

Tentang Pendidikan, Fiqh

Dalam fiqh, perjalanan manusia sejak lahir hingga dewasa dikategorikan ke dalam 4 ( empat ) masa.
  • Shoby ( kanak-kanak )
  • Mumayyiz ( mulai memiliki pengetahuan )
  • Murohiq ( mulai memiliki kemandirian ) dan
  • Aqil Baligh ( Dewasa dan memiliki tanggung jawab )
Ulama-ulama fiqh memberikan parameter kemampuan bagi masing -masing kategori usia di atas serta perlakuan kepada mereka bagi para orang tua, misalnya kewajiban memberi perintah melaksanakan sholat saat anak memasuki usia 7 tahun.

Jika dikaji lebih mendalam, apa yang ulama fiqh sampaikan dalam bahasan-bahasan fiqhiyah tentang kategori usia di atas, sesungguhnya aspek psikologi (termasuk psikologi perkembangan) tercermin serta terwakili di dalamnya.

Jika fiqh hanya dilihat dari sisi ibadah mahdlah, maka kategori usia di atas akan memiliki dimensi psikologi yang sempit. Akan tetapi jika fiqh dilihat dari sisi ibadah dan mu'amalah (ibadah secara lebih luas) maka kategori usia sebagaimana di atas memiliki kaitan yang lebih luas serta mendasar dengan permasalahan kurikulum pendidikan.

Secara lebih riil tulisan ini ingin menyampaikan, jika kita mendalami pemahaman kategori usia plus parameter/tuntutan kemampuan sebagaimana yang para ulama fiqh sampaikan, sesungguhnya kita telah dapat mendesain sebuah dasar kurikulum pendidikan.

Tulisan ini memang baru sebuah pemikiran awal. Akan tetapi pendidikan model pesantren yang tentu saja kental dengan masalah fiqhiyah merupakan sebuah model pendidikan yang telah dapat "dirasakan" hasilnya. "Kemapanan pribadi" alumnus pesantren secara rata-rata melebihi kemapanan lulusan lainnya. Setidaknya ini terjadi pada dekade - dekade yang lalu.

Penurunan kualitas "kemapanan pribadi" lulusan pesantren pada masa akhir - akhir ini penulis simpulkan sebagai akibat perilaku latah pesantren untuk secara mudah dan tanpa persiapan memadai dalammengadopsi kurikulum pendidikan non pesantren. Pesantren secara tidak sadar terlena dengan promosi kurikulum non pesantren serta hal-hal lain yang merugikan.

Tulisan ini bukanlah ajakan untuk bersikap kolot terhadap perkembangan zaman. Akan tetapi apa yang para salafus sholih sampaikan agar kita senantiasa berpegang pada prinsip Al Muhaafadzoh alal Qodiimis Shoolih wal Akhdzu bil jadiidil Aslah haruslah dapat kita pegang dan maknai dengan benar.

Ada beberapa poin mendasar tentang tulisan di atas.

  1. Memelihara kesalehan para pendahulu ( Ulama') adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh Pesantren untuk memelihara sebuah pengabdian dalam mengemban amanah kekhalifahan. Kesalehan para pendahulu merupakan standar baku sebuah pengabdian. Pengabaian atasnya mengakibatkan pemerosotan kualitas manusia sebagai sebaik-baik penciptaan.
  2. Pengetahuan yang dimiliki oleh para Ulama memiliki nilai lebih dibanding pengetahuan yang dihasilkan bukan olehnya. Ulama adalah pribadi yang sangat dekat dengan Tuhan Yang Maha Mencipta dan Memelihara. Pengetahuan mereka tentu bukan hanya sekadar hasil olah logika, akan tetapi ada unsur bimbingan ilahiyah di dalamnya. Dan karenanya sudut pandang pengabdian serta maslahat tidak pernah terlepas dari dalamnya.
  3. Penghargaan atas ulama sebagai pewaris para nabi haruslah dimotori pesantren. Jika pesantren meninggalkan para Ulama, maka parameter apa yang dipergunakan untuk menetapkan predikat santri bagi peserta didik yang menuntut pendidikan di lingkungan pesantren?
  4. Karena Islam adalah kaaffah, maka hukum Islam adalah Kaaffah pula. Maka aspek beban fiqhiyah tentu memiliki kaitan erat dengan standar kompetensi yang harus dimiliki manusia berdasar kategori usia. Mempelajari fiqh para ulama secara mendalam dan menjadikannya salah satu dasar serta spirit sebuah desain kurikulum tentu akan memunculkan nilai lebih yang mampu mengangkat kualitas pendidikan di negeri ini yang sedang mengalami keterpurukan.
  5. Pesantren, yang bahkan mencantumkan kata Salafi bagi label nya, apakah telah benar-benar berjalan dalam koridor salafus sholih dan perjalanan kesehariannya? Kejujuran dan semangat khidmat yang tinggi akan mampu menjawab ini dengan pas.
Mengulang apa yang penulis sampaikan di atas, tulisan ini masih merupakan pemikiran yang awal serta secara global. Akan tetapi secara moralitas dan cerminan sebuah akidah, mengikut kepada para Ulama tidak mungkin mengantarkana kita ke dalam suatu kondisi merugi.

Tantangan bagi kita bersama yang melabeli diri dengan predikat santri. Lebih-lebih label Kiyai.

Cak Imron Sembrono
( Ini hanyalah subuah upaya mengembangkan pemikiran, andai sebuah pemikiran lain berhadapan dengan apa yang aku sampaikan itu adalah hal yang biasa dan merupakan sebuah rahmat bagiku. Pengabdian pada-Nya, itulah tujuan utama bersama. Saling menghargai adalah kewajiban asasi. Salam hormat bagi semua pengunjung blog kami)

Keagungan Allah

Super Compac Product

Perangkat buatan manusia yang saat ini dianggap sangat canggih adalah IC (Integrated Circuit) atau sering dikatakan sebagai Chip, sering pula disebut dengan Microchip.

Dalam dimensi fisik yang sangat kecil Chip dapat mewakili kinerja ribuan transistor. Dengan ditemukannya perangkat ini perkembangan peralatan elektronik canggih berikutnya sangat mungkin dikembangkan hingga manusia mengalami kemajuan yang pesat dan berujung ditemukannya teknologi digital ( Digital Tecnology )

Berbagai peralatan digital yang canggih bermunculan semisal digital camera, digital recorder, dan lainnya. Perangkat flashdisk yang dimensi ukurannya lebih kecil dari sebuah korek api gas mampu menyimpan data sebesar 1 gygabit lebih. Ini artinya sebuah flashdisk mampu memuat lebih dari 40.000 halaman buku. Perangkat handphone menjadi sedemikian kompak sehingga memiliki kemampuan menyimpan banyak data suara dan gambar serta melakukan komunikasi suara dan data dimaksud. Teknologi digital yang diekplorasi manusia memberikan hasil yang mengagumkan.

Dalam salah satu ayat Surat Al Baqoroh Allah menyatakan: “Sesungguhnya Allah tidak merasa malu menciptakan nyamuk atau yang lebih kecil darinya. Adapun orang – orang yang beriman tentu mengetahui yang demikian ini adalah haq…………...”

Nyamuk, atau tungau yang berbadan lebih kecil, memiliki dimensi ukuran kurang dari 1 milimeter kubik. Tetapi kemampuan yang dimilikinya amatlah besar. Dalam tubuhnya terdapat perangkat digital yang mampu merespon rangsangan internal dan eksternal. Ia juga mampu menterjemahkan kode – kode digital kedalam system mekanik dan lainnya.

Dalam tubuh tungau terdapat system metabolisme, motorik, reproduksi, deteksi terhadap lingkungan serta respon atas rangsangan yang diterimanya. Ketakjuban atas sebuah hasil teknologi yang demikian kompak tetapi sangat mini dalam hal dimensi fisik. Kinerja teknologinya sangat kompleks karena ia memiliki banyak system sehingga ia mampu untuk hidup, mempertahankan hidup dan menghasilkan generasi secara mandiri.

Belum, atau bahkan tidak akan, ada produk teknologi buatan manusia yang demikian kecil dimensinya akan tetapi memiliki kinerja otomatis dan mandiri yang sedemikian komplek. Peralatan digital buatan manusia bekerja dalam menerima, menyimpan dan menterjemahkan kode-kode digital dan sinyal elektrik. Untuk kemampuan tersebut perangkat digital harus disuplly energi dari luar dirinya, sehingga tidak dapat dikatakan mampu bekerja secara mandiri.

Perbandingan produk teknologi yang tidak imbang dan pemikiran na’if. Tetapi kena’ifan lebih besar adalah manakala diri menjadi lupa, muncul sifat takabur, ingkar dan pembangkangan terhadap Dzat Yang Maha Besar. Manusia seharusnya mau mengagungkan pencipta-Nya.

Cak Imron

Tulisan di atas telah memiliki hak terbit dari CSO ( Coffe Shop Oration ) Pengelola blog mengundang partisipasi segenap pengunjung. Syukur lagi jika dapat diwujudkan munculnya sebuah komunitas yang memiliki kesamaan visi dan misi. CSO sementara akan berjalan mengalir dan berharap hasil – hasil positif dapat dimunculkan. Semoga.

Keagungan Allah

To Count the rain

Menghitung Air Hujan

Hujan adalah hal yang seringkali kita alami bersama. Ia tidak asing bagi kita. Meski seringkali mengetahui dan menyaksikan, akan tetapi ada fakta tentangnya yang kita tidak sempat berfikir lebih jauh tentang fakta dimaksud.

Jika dalam wilayah seluas 1Km2 diguyur hujan dengan intensitas/curah sebesar 20mm maka jumlah air yang membasahi wilayah tersebut adalah 1000m X 1000m X 0.02m = 20.000 m3. Jumlah ini merupakan hasil perhitungan air hujan dalam sekali turun dalam wilayah seluas 1 Km2. Jika wilayah yang digujur hujan semakin luas, apalagi dengan intensitas curah yang makin tinggi, maka akan semakin besar pula jumlah air yang turun dari langit.

Secara sederhana siklus air hujan dapat dinyatakan dengan terjadinya penguapan air laut dan air tanah lainnya oleh sinar matahari, kemudian berkumpulnya uap air dimaksud menjadi awan dan kemudian turun kembali ke bumi. Akan tetapi mengamati hujan sesungguhnya menunjukkan fenomena yang sangat mentakjubkan.

Jika, misalnya, wilayah Jawa Timur yang luasnya 47.921.Km2 mengalami hujan merata dengan intensitas sebagaimana di atas jumlah air yang tercurah adalah: 47.921 X 20.000 m3 = 958.420.000 m3 (sembilan ratus lima puluh delapan juta empat ratus dua puluh ribu meter kubik). Jika dikonversikan menjadi ukuran berat, jumlah di atas setara dengan 958.420.000 ton air. Sembilan ratus limapuluh delapan juta empat ratus duapuluh ribu ton air. Fatntastis bukan?

Jika saja jumlah air sebagaimana di atas harus diangkut dengan mobil tangki berkapasitas 25.000 liter, maka diperlukan mobil sejumlah 38.336.800 buah. Jumlah ini barulah satu kali hujan yang mengguyur Propinsi Jawa Timur secara merata. Jika hujan terjadi lebih dari sekali, dan atau wilayah yang diguyur lebih luas lagi maka jumlahnya akan semakin besar pula.

Jika kita menggunakan sudut pandang produksi, terjadinya hujan memerlukan energi yang amat besar sekali. Distribusi air yang demikian besar ini jika harus dikerjakan oleh manusia, maka rantai pekerjaan tersebut membutuhkan puluhan juta tenaga kerja, sarana dan peralatan kerja yang amat sangat mahal. Manusia tentu terlalu miskin untuk mampu mendanai proses siklus air secara kontinyu sepanjang tahun.

Hal lainnya, sehubungan dengan proses siklus air hujan, permukaan bumi, dan alam secara keseluruhan, dapat dikatakan sebagai kawasan industri raksasa. Kawasan industri terpadu dan terjadi proses saling dukung bagi kelangsungan kehidupan.

Maka jika Allah menetapkan keputusan bahwa menetapkan poros bumi bukan tegak lurus terhadap matahari, udara yang terkena panas matahari akan bergerak menjadi angin, partikel air akan merenggang jika terkena panas dan memiliki massa jenis yang lebih kecil dari udara, kemudian Allah juga menetapkan bahwa lapisan tertentu atmosfer menghalangi pergerakan uap air ke tempat yang lebih tinggi, sesungguhnya yang demikian ini merupakan salah satu wujud Keagungan Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Suci.

Mencintai Nabi

Mencintai Muhammad

Rangkaian Sholaatullooh bait 1 sampai bait 4 bercerita tentang kafilah dan untanya yang sedang berziyarah ke Madinah. Perjalanan yang diringi tembang pujian para penunggang serta langkah kaki berirama para unta. Tembang pujian kepada Nabi kekasih dan langkah kaki yang digerakkan rindu dan cinta kepada Nabi junjungan. Pejalanan yang penuh kedamaian hati dan pengharapan akan kebahagiaan menjumpai kekasih pujaan.

Pada bait ke 5 Syaikh Abdurrahman Addiba’iy menyatakan : Maka lepaskanlah tali kekang unta dan jangan ragu untuk melepaskannya berjalan sendiri, karena rasa rindunya kepada Nabi yang akan menuntun langkahnya.”

Demikianlah, unta sang kafilah yang berjalan menuju Madinah tidak perlu lagi dikendalikan. Rasa cintanya akan Madinah dan Rasul junjungan menjadi penuntunnya agar segera sampai ke tujuannya.

Lalu pada bait yang ke 6 Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy menyatakan : Makamencintalah kamu sebagaimana unta yang mencinta ( yang berjalan kearahMadinah tanpa perlu dikendalikan tuannya ). Jika tidak demikian, maka jalanmencintamu adalah bohong belaka”.

Unta, makhluk yang hanya dibekali nafsu mampu mencinta dengan sebenar-benar cinta. Lalu bagaimana dengan makhluk yang juga dibekali dengan akal budi untuk mengimbangi nafsunya? Akankah cinta manusia ( yang derajatnya lebih tinggi karena dibekali akal budi ) kepada Rasul junjungan lebih rendah nilainya dibanding seekor unta? Bersahaja dan lugas sekali sang penyusun Dibamempertanyakan jati diri mukmin yang berkomitmen akan nilai sebagai ummat Muhammad.

Penyusun Dibamengingatkan agar kita memiliki tolok ukur akan cinta kita kepada Baginda Rasul, dan tentu saja kepada Al Khaliq pula. Beriramakah langkah pengabdian kita? Masihkah tulus hati kita saat terbakar lelah perjalanan perjuangan? Sebagaimana beriramanya langkah sang unta dan disertai senandung damai dalam perjalanannya menjumpai Nabi?

Bukan persoalan yang mudah menjawab pertanyaan di atas. Maka kemudian menjadi orang yang jujur menilai diri sendiri adalah langkah pokok membangun cinta kita. Tawaddluadalah modal paling besar dalam mencinta. Tawaddludan merasakan kekurangan dalam diri karena kita tidak mampu mencinta sebagaimana mestinya. Kehilangan tawaddluberarti kehilangan penghargaan atas keagungan orang / Dzat yang kita cintai.

Islam itu damai, dan pribadi-pribadi muslim adalah pribadi yang damai, yang dipenuhi rasa cinta. Dan tentang tamsil cinta sang unta, penyusun dibaseakan mengingatkan kita pada ayat Allah : Kemudian aku kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” ( At Tiin ayat 5 ).

Mencintai memang bukan sesuatu yang cukup diucapkan.Ia harus tulus tertanam dalam sanubari yang paling dalam. Sanubari yang membawa ingatan tak terputus dan utuh terhadap kekasih. Ingatan dan dorongan perilaku yang mampu menambah cinta dan kemesraan. Cinta menjadi motivasi dalam diri setiap insan. Maka orang yang mencintai Muhammad dan, tentu saja, tuhannya ia selalu beramal shaleh demi memperoleh ridlo dari Allah dan rasul-Nya. Orang yang benar-benar mencinta juga selalu berupaya memenuhi segala hal yang diinginkan kekasihnya. Orang yang mencinta tak bakal mengenal lelah demi memperoleh cinta kekasihnya.

Cinta juga menjadi pengikat dan self control. Maka dimanapun orang yang mencinta berada ia akan selalu ingat pada sang kekasih dan merindukannya. Rindu yang tak akan luruh oleh indahnya godaan dalam berbagai bentuk dan wujud.

Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy akhirnya menutup maulidnya dengan do’a yang salah satu poinnya: Ya Allah jangan jadikan kami golongan orang yang lupa kepada-Mu dan kepadanya ( Muhammad ) walau hanya sekejap.” (Walaa Taj’alnaa minal ghoofiliina anka walaa anhu qadra sinah).

Tidak melupakan Allah artinya tidak pernah melupakan kekuasaan, kemurahan, keagungan serta amanah-Nya kepada kita. Tidak melupakan pula hal-hal yang menyebabkan kita ditolak oleh-Nya, bahkan mungkin tidak dilihat oleh-Nya karena demikian buruknya kita. Tidak melupakan Rasululloh berarti selalu mengingat keluhuran akhlaq, ketinggian derajat, kecintaan beliau akan sesuatu serta wasiat-wasiat yang beliau tinggalkan. Ingatan yang menyadarkan agar kita senantiasa berupaya meneladani serta menjaga wasiat beliau.

Apa yang Syaikh Abdurrahman Ad Diba’iy susun sesungguhnya adalah pelajaran akhlaq bagi kita, juga bagi anak cucu kita. Sudahkan pembekalan akhlaq terhadap generasi kita, bahkan terhadap diri kita sendiri telah mapan? Kejujuran kita sendiri dan Allah yang mengetahui.